Rabu, 17 Februari 2010

Tari Barong


Barong !!! mendengar kata ini sebagian besar ingatan dan pikiran kita pasti akan menuju ke suatu pulau yang konon menurut cerita merupakan tempat berkumpulnya para dewata ………..yach jelas sekali pasti BALI. Tidak akan lengkap rasanya kalau kita tidak menyaksikan secara langsung salah satu kebudayaan warisan leluhur yang paling sering dipentaskan dan dikenal memiliki perbendaharaan gerak tari yang komplit……. Tari BARONG. Perwujudan tari Barong dikenal dengan nama Barong Ket, yang merupakan satu bentuk perpaduan antara singa, macan, dan sapi atau boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, ditempel kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok (serat dari daun sejenis tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak. Wujud dan implementasi Barong Ket tersebut bila di tanah Jawa (tepatnya di Ponorogo-Jawa Timur) dikenal dengan nama Reog Ponorogo.

tari-barong

Barong adalah karakter dalam mitologi Bali dan merupakan perwujudan raja dari roh-roh yang melambangkan kebajikan (dharma). Sedangkan lawannya adalah Rangda yang menggambarkan keburukan (adharma). Barong dalam mitologi Bali konon digerakkan oleh roh yang dikenal dengan nama Banas Pati Rajah, yaitu roh yang mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan dalam wujud seekor singa. Setiap Barong dari yang mewakili daerah tertentu digambarkan sebagai hewan yang berbeda, seperti babi hutan, harimau, ular atau naga, dan singa. Bentuk Barong sebagai singa sangatlah populer dan berasal dari Gianyar. Dalam Calonarong atau tari-tarian Bali, Barong menggunakan ilmu gaibnya untuk mengalahkan Rangda.

Untuk menarikannya Barong ini diusung oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk / Juru Bapang, satu penari di bagian kepala dan yang lainnya di bagian pantat dan ekornya. Tari Barong Keket ini melukiskan tentang pertarungan kebajikan (dharma) dan keburukan (adharma) yang merupakan paduan yang selalu berlawanan (rwa bhineda), yang diiringi dengan gamelan Semar Pagulingan. Dari beberapa sumber (penjelasan dan uraian para tour guide lokal) ada yang mengatakan tari ini aslinya berasal dari negeri Tirai Bambu (Cina), karena menyerupai tarian dscn0506Barongsai, walaupun ini juga masih banyak menimbulkan pro dan kontra. Tetapi yang pasti tarian ini sangat menarik (apalagi bila disaksikan secara live), karena sarat akan nilai cerita (pertentangan antara kebajikan dan keburukan yang tidak pernah berhenti) dengan disertai selingan lelucon segar.

Tari Barong juga sarat dengan unsur mistis (seperti tari Debus dari Banten), dimana para penarinya dirasuki oleh makhluk-makhluk halus, terutama pada adegan mereka berusaha untuk melukai diri sendiri. Oleh karena itu, dalam setiap pementasan pasti ada pemuka adat yang bertugas untuk menjaga para penarinya untuk kebal dan tidak melewati batas.

Pementasan Tari Barong terdiri dari beberapa babak alur cerita yang saling berkaitan, yaitu

Gending Pembukaan
Menggambarkan suasana barong dan kera sedang berada didalam hutan lebat, tak lama kemudian muncullah dscn0498tiga orang bertopeng yang menggambarkan tiga orang yang sedang membuat tuak di tengah-tengah hutan, dan salah satu anak dari orang tersebut diduga telah dimakan oleh Barong. Melihat barong maka, kemudian ketiga orang itu sangat marah dan menyerang barong dan kera, ternyata dalam perkelahian ini hidung diantara salah seorang dari ketiga orang itu digigit oleh kera.

Babak Pertama dan Kedua: Jalan cerita yang diungkapkan pada babak ini adalah perjalanan para pengikut dari Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui patihnya. Setelah para pengikut Dewi Kunti tiba, maka tiba-tiba salah satu dari pengikut Rangda berubah rupa menjadi setan (semacam Rangda) dan memasukkan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka bisa menjadi marah. Alur cerita selanjutnya adalah gerak dinamis kedua pengikut (Dewi Kunti dan Rangda) menemui Patih dan bersama-sama menghadap Dewi Kunti.

dscn0499 Babak Ketiga: Babak ini menggambarkan peran roh jahat yang dimasukkan ke dalam Dewi Kunti untuk mengorbankan anaknya sendiri Sadewa kepada Rangda. Babak ini dimulai dengan kemunculan Dewi Kunti dan anaknya yang bernama Sadewa, kemudian alur cerita yang berkembang menggambarkan janji Dewi Kunti kepada Rangda untuk menyerahkan Sadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan anaknya tetapi Rangda memasukkan roh jahat kepada Dewi Kunti, sehingga menyebabkan Dewi Kunti menjadi pemarah dan tetap berniat mengorbankan Sadewa anaknya. Oleh sebab itu Dewi Kunti mengutus patihnya untuk membuang Sadewa ke dalam hutan, sementara itu sang Patih inipun tidak luput dari kemasukan roh jahat, sehingga sang Patih dengan tanpa perasaan kemanusiaan menggiring Sadewa ke dalam hutan dan mengikatnya di muka istana sang Rangda.

Babak Keempat: Babak ini menggambarkan kekuatan dan anugerah Sang Dewa (Dewa Siwa) untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada umat manusia yang memerlukan. Pementasan pada babak ini dimulai dengan turunnya Dewa Siwa untuk memberikan keabadian hidup kepada Sadewa dalam bentuk pemberian ilmu kekebalan tubuh, dan kejadian ini tidak diketahui oleh Rangda. Sesaat kemudian datanglah Rangda yang berniat untuk mengoyak-ngoyak dan membunuh Sadewa, tetapi Sadewa yang telah terikat tidak dapat dibunuhnya karena ilmu kekebalan yang dianugerahkan oleh Dewa Siwa. Tahapan berikutnya yang diekspresikan adalah menyerahnya Rangda kepada Sadewa, serta memohon untuk diselamatkan agar dapat masuk sorga. Permintaan Rangda ini dikabulkan oleh Sadewa, sehingga berikutnya Rangda dapat masuk surga.

dscn0500

Babak Kelima: Babak ini menggambarkan pertentangan abadi antara kebajikan dan keburukan di kehidupan ini. Babak ini dimulai dengan pementasan Kalika (salah seorang pengikut Rangda) menghadap kepada Sadewa untuk memohon diselamatkan juga, tetapi hal ini ditolak oleh Sadewa. Penolakan ini menimbulkan perkelahian sengit, dan Kalika pada saat itu langsung berubah rupa menjadi “babi hutan”, serta kemudian pertarungan ini berhasil memperoleh kemenangan. Karena kalah maka kemudian Kalika (babi hutan) ini berubah menjadi “burung” , walaupun sudah berubah tetapi tetap dapat dikalahkan. Akhirnya Kalika (burung) kembali berubah rupa menjadi sosok yang paling sakti, yaitu Rangda. Oleh karena saktinya Rangda ini, maka Sadewa tidak dapat membunuhnya, sehingga pada akhirnya Sadewa berubah rupa menjadi Barong. Karena sama-sama sakti, maka pertarungan dan perkelahian antara Barong dan Rangda ini berlangsung terus abadi sampai dengan sekarang , yaitu perang antara “kebajikan” versus “kebatilan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar